Ini kali pertama saya baca bukunya
Rain Chudori dan saya memulainya dengan Moonsoon Tiger and Other Stories, yaitu
kumpulan cerita-cerita pendeknya. Kayaknya ke depannya bakal baca novelnya hehe
abisnya seneng sama cara nulisnya Rain. Awalnya, saya kira Rain akan setipe
dengan Leila S Chudori—ibunya—tapi ternyata beda. Ya iya sih, bukan berarti
anak dan ibu harus punya gaya penulisan yang sama. And also a prejudice came
that I thought Rain’s writing wouldnt be this soft..
Monsoon Tiger and Other Stories
sendiri merupakan kumpulan cerita pendek pertama Rain Chudori pertama yang
dipublikasikan. Bukunya lumayan tipis dan ada delapan judul. Seperti yang sudah
dikatakan di belakang buku, it tells the
tale of loneliness and love, and yes it does. Dan didukung lagi plotnya
yang sepi.
Saya senang sama ceritanya yang
ngga biasa, ngga mainstream. Yang saya temukan dari buku ini adalah tentang
meninggalkan, ditinggalkan, dan melepaskan (terlepas dari rela atau tidak).
Saya senang dengan pemilihan kata-katanya. Walaupun ada beberapa kata yang
bikin saya harus cari di kamus lagi (alhamdulillah vocab saya jadi nambah)
Sebenarnya kumpulan cerita pendek
ini bisa dihabiskan dalam kurun waktu yang sebentar sih, tapi karena saya
memang suka menunda-nunda, jadi lah baru selesai sekarang. Padahal belinya dari
November hehe. Apalagi kalau cerpen gini, memang malah paling suka saya
tunda-tunda dan diselingi bacaan lain. Kalau udah habis satu atau dua judul
suka saya tutup dan berniat akan dilanjuti nanti-nanti. Cerita terakhir di buku
ini adalah cerita yang saya habiskan sendiri karena memang saya niatkan baca
cerita terakhir ini sendiri setelah selesai membaca dua cerita sebelum cerita
terakhir.
Mungkin ini salah satu alasan saya menyukai cerita terakhir dari buku
ini, Until Berlin. Saya lebih menikmatinya. Kayak setiap kata-katanya ngena di
saya dibanding cerita-cerita lainnya. Entah karena ‘Until Berlin’ ini memang
bagus atau karena beberapa judul saya baca agak tergesa-gesa dan cepat-cepat
ingin menyelesaikannya agar bisa lanjut ke cerita selanjutnya jadi nggak dapet
feelnya sedangkan di ‘Until Berlin’ saya benar-benar mendalami saat membacanya.
I dont know but I feel like Rain herself
knows that Until Berlin might be the best one so she puts it in the last as the
closing. Wah ini sok tau banget sih. Tapi kalau memang benar, she did the right
thing. Saya mungkin nggak akan terlalu berkesan dengan Monsoon Tiger and Other
Stories ini kalau bukan Until Berlin sebagai penutupnya. Karena saya hampir selalu
dapat kesan buku tersebut somehow leaves the feeling and cant forget the
feeling after reading the book itu ya di akhir cerita.
Terus juga tanpa bermaksud menyamakan Rain dengan Murakami, tapi baca bukunya Rain ini saya ngerasa kayak ada sentuhan-sentuhan ala Murakami gitu deh untuk beberapa ceritanya Rain. Adakah yang ngerasa sama kayak saya?
Rasanya setiap baca buku pengen
terima kasih sama penulisnya deh huhu entah karena ‘perasaan-perasaan’ setelah
baca bukunya atau karena dapat inspirasi yang sebenernya ngga relevan dengan isi
buku. And this time I would like to thank Rain Chudori! I will definitely read
her novel, Imaginary City, maybe?