31.12.16

Banda Neira dengan Penutupan Manis

source


Seminggu lebih satu hari yang lalu, Banda Neira, sebuah band (tidak ingin disebut duo) indie lokal yang lagu-lagunya banyak dinikmati itu, resmi dibubarkan. Lagu-lagunya emang enak sih, candu. Nggak heran banyak yang suka. Dibuktikan dengan banyaknya para  penikmat lagu Banda Neira yang mem-posting foto dengan hashtag #TerimaKasihBandaNeira di instagram. Terakhir ngecek ada 807 postingan saat ini. Wow.

Awal tau Banda Neira itu waktu iseng aja nyari-nyari lagu indie yang easy listening kayak Mocca yah walaupun musik mereka beda tapi pokoknya yang nggak terlalu jedag-jedug gitu. Karena aku kurang menikmati kayak lagu-lagunya The S.I.G.I.T.  Bukan nggak bagus loh ya, karena musik itu tentang selera. Bahkan Barasuara aja nggak semua lagunya aku suka  hehe :p

Motivasi lainnya adalah karena ingin tau indie-indie lokal yang lain. Dulu cuma tau Mocca,White Shoes and The Couples company, Adhitia Sofyan, Endah n Resha, dan Maliq & D'essentials (eh mereka indie bukan sih?) sampai akhirnya bertemu lah dengan Banda Neira. Aku lupa lagu pertama mereka yang aku dengerin di SoundCloud. Kesan pertamaku adalah lagunya lucu-lucu! Gimana ya definisiin ‘lucu’nya itu....ear-catching gitu deh.

Menurutku, untuk beberapa lagu, lagunya itu unik dan nggak bosan didengar berkali-kali. Lagu mereka yang slow dan bikin galau bukan tipe-tipe yang membosankan dan lagu yang ritmenya lebih cepat itu asik banget. Petikan gitar Ananda Badudu dipaduin dengan suara Rara Sekar itu indah sekali. Terus aku suka lirik-liriknya, bagus semuanya! Dan ngena.

source

source


*side story*
FYI, pengetahuanku tentang dunia permusikan terbilang minim (yes! you can say that I’m a boring person!) Juga tentang band-band atau penyanyi-penyanyi keren dan terkenal, bisa aja aku nggak tau loh. Aku cuma dengar apa yang aku ingin dengar aja. Aku nggak pernah dengar dan tau lagu yang sampe sealbum gitu. Dapet poin yang maksud aku nggak sih? haha. Kayak aku suka dengerin lagu Coldplay, tapi nggak semua lagunya tuh aku tau. So I can’t say I’m a fan. Banyak yang ngefans sama Oasis, aku bahkan cuma tau beberapa lagunya. The Beatles juga gitu (Yap!) Pokoknya masalah musi, aku payah banget but we can talk about book tho.  Kadang aku cuma jadi pendengar tanpa tau siapa yang nyanyi, sejarah penyanyinya, dan sebagainya. .Kalau lagunya enak ya aku dengerin. Kadang nyari lagu random aja gitu dan tau penyanyinya hanya sekadarnya aja. Jadi maaf ya kalau ada istilah yang aku pake itu salah dan terdengar sotoy.

Yang bener-bener aku dengerin se-album tuh kayaknya cuma Apink (yeah that kpop girl group, tapi aku suka :p), Mocca, dan satu lagi Banda Neira ini. Dan btw setahun ini lebih banyak dengerin lagu-lagu Indonesia (mostly penyanyi-penyayi indie). Bahkan lagu korea yang sering aku dengerin aja sekarang udah jarang banget kecuali lagu-lagunya Apink (maaf ya kalau terkesan freak). But tbh, itu juga udah jarang, paling cuma cari tau lagu baru mereka. 
*side story selesai*

source


source


Aku merasa lagu-lagu Banda Neira cocok aja di telinga aku. Belakangan juga aku jarang denger musik, tapi sekalinya denger lagu pertama yang diputar adalah lagu Banda Neira sebelum dishuffle dengan lagu-lagu lain. Beberapa lagunya berhasil boost my mood.  Bahkan album kedua juga album mereka yang terakhir ini, Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti, enak semua! Nggak bohong dan nggak mencoba untuk melebih-lebihkan. Dan dari seorang kakak kelasku, aku dikasih tau itu album mereka sebelum mereka vakum. Denger mereka hiatus aja rasanya gimana gitu, kesempatan buat nonton mereka dalam waktu dekat pasti nggak ada. Makanya aku sedih banget pas tau mereka bubar. Aku bahkan belum pernah nonton mereka live.

Oh ya, barusan juga baca dari Tumblr mereka yang ditulis Ananda Badudu. Dia menyebutkan bahwa albumnya yang terakhir itu akan ia katakan berhasil kalau ada yang nangis dengerin satu atau dua lagu dari album tersebut. Dan ya kalian berhasil. Yakin banget nggak cuma satu orang, karena waktu itu juga pernah baca ada yang nangis karena dengerin Sampai Jadi Debu, salah satu tracknya. Sebagai pendengar lagu-lagu Banda Neira, tidak ada kata-kata kecewa karena mereka membubarkan Banda Neira dengan album penutupan yang sempurna. Kalau waktu  itu albumnya (mungkin) mengecewakan, maka kekecewaan dari para pendengar yang akan mereka tuai. Kenapa harus bubar sebelum membuat album yang sangat bagus. But it's Banda Neira we're talking about. Aku yakin sih kemarin albumnya nggak bakal mengecewakan dan emang bakal bagus (banget). Maaf ya kalau kalian yang baca ini merasa aku melebih-lebihkan sesuatu. I tell the truth:(

Dan yang terakhir: Terima kasih Banda Neira! Senang bisa mengenal lagu-lagu kalian, musik yang kalian mainkan, lirik-lirik menyentuh yang kalian ciptakan. Suka sekali sama kata-katanya! Terima kasih juga atas lagu-lagu yang berhasil menemani juga mewakili perasaan. 

 Sekian.

Bukan siapa-siapa dan yang awam tentang musik,


Gina

19.12.16

lost in Haruki Murakami's thoughts

Who doesn't know Haruki Murakami? At least we ever heard his name once due to his famous books even if we haven't read them. And I know it's kinda late to talk about him.

Despite people said Murakami is overrated, I still do love his writings. It's too early to say I'm a fan since I only read four of his books (he has so many books and my main problem is money! I don't really like e-books) #1001alasan #padahalyangprintedcumadua

As I read his books, I can say Murakami has 'quiet' plot in his books,but that's what made me reading them. I enjoyed the quiet plot and strangeness he made. He distracted me to his surreal-and-real world then I would sink into his thoughts which sometimes we cannot fathom. However, it's strangely addictive and interesting. They would ended up leaving me curiousity that leads me to find a thread in which people discuss about strange things I found in his books (lol). So I can say I would read his books are boring because all of his books are all the same.

I dont know this is the minus point or not. I let you to conclude it. Murakami would start the characters' life story from  a small problem then he would make it complicated. Like I would think how on earth they would do that? You start questioning some things might disturb you.

But overall I love his books. Wish I had more time and money so I collect his books.But in fact, I  just want to borrow his books from people hehe :( or i hope i  can find them in library)


18.12.16

Two days to boost myself

Guess what? I'm back using this blogspot lol. I found that I'm already comfortable with this blogspot and couldn't stand myself using tumblr for sharing my daily life. Tumblr suits my trash words (sorry Tumblr!) I mean, Tumblr is great to share kind of poems, my fiction story and other short words. Meanwhile blogspot is better to share a long story, so that's why I come back to this blog hehe (It's only my own opinion of course)

so back to the topic.

First of all, if you are reading this, don't be suprised if you found that I'm writing about you.  It means I was glad to meet you, had a fun time, and I think I have to write something about you. It's just what I do.

So on november 10-11 I followed a kind of program (or event? Help I can’t find the right word) to boost myself. Before I decided to go, I had to argue with my own self whether I should go or not because none of my friends would be there and then I thought again that, that’s the point! You need to meet new people. And I have to spend this gap year with something positive. It would be the most stupid decision if I didn’t go just because I had no one that I know there. So yeah I did attend.

My main purpose to participate is to meet new people because I believe those who also participate are people with good vibes. And I was glad I made a right decision.

The program limits the quota by the way. There are only 29 of us (If I’m not mistaken), but it’s supposed to be 30 (and that one who didn't come supposed to be one of my roomates). They came from different background. There are ones who are struggling with their thesis, of course there are also those who are still active college students, and there's one who has graduated. I don’t know if I’m the youngest or not because there’s a girl who graduated from high school in the same year as me. What makes it different is, she already went to college, while I’m taking a gap year. At the first, I was afraid I would be judged, but in fact they didn’t. Instead, they made me comfortable. Even there are words that came from a mentor which made me more confident, boost my spirit, and made me didn’t regret for taking gap year and some of them also gave me prayer so I could pass the test next year. AAMIIN.

I learned a lot of new things and got to know many things that I did in the past were incorrect and being guided to made the right ones. With them—the mentors especially (again, I don’t know this is the right word or not but let me call you this way ;_;) and participants—whose experiences are great made me insecure and felt smaller yet gave me a bunch of spirits to create good things in the next! And to become more confident (I really need to apply this one)

Also to my three roomates which are older than me! Nonetheless, I felt comfortable and got along well with them (thank God). We shared stories and I was so happy that they had so many fun experiences and life story to be shared. I got new things and insight from listening to their story. It’s more like boosting my spirit instead of myself lol.

The important thing I got from this is gaining my experiences. Meeting good new people is something that you need, to know that yourself need to learn more from others, to give you a high optimism that you're not alone on chasing dreams, to make you think positively that you can reach your dreams, to make yourself to be better person by learning from others, to make you to be yourself.

All experiences and dreams they have had brought me postivie vibes to me, to chase my own dreams. Like I can’t wait to improve and explore myself more and become great like them. Aamiin.


3.10.16

If there’s only one thing I could ask,
Then it’d be an adjective, not a noun; grateful
get enough to everything I got
not being a deficiency
do not give a single shit to people who badmouth
God, I’m trying,
I really am


1.10.16

Met you

I was wondering when would we meet again
but I was afraid I would meet you
then ta-da
there you are
in unwanted place
with my controlled-surprise-look
stared each other, but there's no hello or goodbye

when will we meet again?
someday, i hope.
in a wanted place,
with my proper dress




10.9.16

Rumah sakit

Ruang inap rumah sakit jawabmu ketika kutanya tempat favoritmu
kenapa? tanyaku (lagi)
karena bau rumah sakit yang khas itu sangat menenangkan (aneh sekali, aku malah tidak suka)
karena orang berlalu-lalang tanpa menimbulkan keributan
hanya bunyi dari langkah-langkah sepatu atau sandal kita yang terdengar
atau bahkan tidak terdengar sama sekali karena tidak beralaskan apa-apa—hanya kaki telanjang
atau suara daun-daun yang digelitik angin
atau bisik-bisik pengunjung
karena mereka tahu ini rumah di mana orang butuh ketenangan
di mana kita yang menderita bersatu dan orang-orang yang merasa sehat mulai berdoa dan bersyukur
di mana kita ditemui tanpa tahu kemunafikannya
di mana aku merasa tenang
di mana aku merasa disayangi—mungkin lebih tepatnya dikasihani
menyedihkan sekali


Jawabmu panjang lebar

31.8.16

[book] And the Mountains Echoed by Khaled Hosseini

ps; grammartically errors detected

By the way I prefer calling it 'Talking about a book' instead of reviewing a book since I don't know how to review books properly :p and besides, all I want to do is just write what I feel after reading book. So when I give 2 stars to a book, it doesn't mean the book is bad but it's because I didn't enjoy reading the book and it also works if I give 5 stars it doesn't mean the book is THAT AMAZING (but it can be tho).


5.8.16

21.55

Jangan merasa menjadi orang yang paling tepat ketika dia bercerita banyak
Jangan merasa menjadi yang paling spesial, mungkin dia merasa kita semua adalah orang yang menyenangkan,
dan kamu menjadi salah satunya, tapi bukan satu-satunya. 

17.6.16

Puzzle

berbulan-bulan aku mengitarinya
tapi aku senang menyusuri jalan baru,
menemukan tempat baru yang sama sekali asing bagiku
setiap sudutnya punya cerita
dan kutemukan potongan-potongan puzzle

aku coba menyusunnya

hampir sempurna!
karena satu potongan tersisa membuatnya tidak rampung
satu potongan yang tidak ku temui di sudut-sudut itu; kamu

25.5.16

Sapu Tangan

            “Jangan nangis.”

Berhubung aku tidak tahu bagaimana mengatasi orang yang sedang menangis, jadi hanya itu yang bisa aku katakan sambil menepuk pelan pundaknya. Tapi kemudian aku teringat sapu tangan  satu-satunya yang Ibu berikan dulu padaku saat aku sedang mengepak baju dan barang-barang. Untung saja sapu tangan itu aku selipkan di ranselku sehingga aku tidak perlu repot-repot membuka koper.

Aku menyodorkan sapu tangan itu pada Rista walaupun itu satu-satunya sapu tangan yang aku punya saat ini.  Tapi tak apa lah, akan aku berikan semua yang Rista butuhkan. Toh nanti aku masih bisa membeli yang baru.

“Terima kasih,” ucapnya lirih dengan sisa-sisa isakan tangis.

4.5.16

Curhat (lagi)

Akhir-akhir ini saya suka bingung dan pusing mikirin ke depannya saya gimana. Terlalu takut ngga keterima PTN, sedang PTS buat cadangan belum ada yang saya coba ikut tesnya. Ada sih, udah lulus juga tapi saya setengah hati banget. Saya terlalu berharap di PTN ini. Tapi saya suka pesimis juga belakangan ini, usaha saya belum seberapa. Belum apa-apa. Penilaian SBMPTN tuh sebenarnya wallahu’alam guys. Nih kalau misalnya nanti nilai TO saya bisa tinggi ((aamiin aja deh)), ya alhamdulillah sih bisa dijadiin acuan. Tapi ngga bisa berharap di nilai TO juga kan itu prediksi bimbel-bimbel aja. Pokoknya yang penting itu saya harus paham materi beserta konsep-konsepnya. Itu cara yang paling aman sih. Masalahnya itu, masih banyak banget yang harus saya kejar ;_; dan waktu saya ngga lebih dari satu bulan. Ada BANYAK BANGET yang harus dikalahin nanti. Yah kata orangtua saya kejar aja lagi kan masih TO pertama, lagian saya dari IPA yang banting stir ke IPS. Ayah saya sempat bilang juga “Ya kenapa dari awal ngga IPS aja” ya Allah mau nangis aja pas dibilang gitu.

Dulunya saya emang pengen banget IPS. Tapi ngga dibolehin sama orang tua saya yang alasannya bisa kalian kira-kira lah kenapa. Katanya kalau mau IPS entar aja pas mau kuliah. Pada akhirnya saya nurut aja karena saya juga ngga punya argumen kuat saat itu, orang tua saya juga ngira saya masih labil jadi ntar setengah perjalanan ngga suka IPS ujung-ujungnya minta pindah ke IPA. Padahal sampe saya kelas dua belas, jurusan yang saya pengen masuk pas kuliah itu ya tetap IPS. Kalaupun saya waktu itu milih IPS dan tiba-tiba ngga betah, saya juga ngga bakal minta pindah ke IPA sih. Soalnya, sepanjang saya sekolah saya kepikiran mulu kenapa dari awal ngga di IPS, tapi masih saya jalanin aja dengan ((sedikit)) senang hati. Saya juga belajar tuh ngga main-main dan selalu berusaha buat nyari nilai bagus di IPA karena untuk kimia dan beberapa bab di biologi saya lumayan menikmati. Ya kecuali fisika.

Sekarang untuk persiapan masuk PTN saya minta ke IPS karena jurusan yang saya pengen adanya di IPS semua. Dan seperti kesepakatan orangtua saya, mereka setuju dengan pilihan saya yang sekarang. Saya kadang suka sedih sih kalau dari awal saya di IPS saya ngga harus ngejar gini, harus belajar dari awal banget. Tapi mikir lagi, ya jalanin aja lah sekarang. Milih jurusan SMA udah tiga tahun yang lalu, ngga guna disesalin. Saya juga ngga mau nyalahin orang tua saya. Tapi sebenernya banyak banget kok hikmah di balik ini semua hahaha dan lebih banyak sukanya daripada duka yang harus disesali. Banyak yang saya dapetin juga karena milih IPA. Jadi saya ngga mau larut dalam penyesalan. Mungkin saya disuruh untuk berusaha lebih keras lagi.

Tapi kadang suka males gara-gara pikiran “Masih bisa dikejar ga ya materinya” muncul terus. Tapi terus semangat lagi. Ngga konsisten banget moodnya (emang ada mood yang konsisten?). Kayaknya harapan saya tuh emang harus berusaha dan berdoa gitu. Kalau ngeliat minat ke jurusan yang saya pengen itu BANYAK BANGET. Itu sih yang bikin saya pesimis.

Terus ntar saya mikir lagi ngga ada yang ngga mungkin. Insha Allah kalau saya mau berusaha lebih keras aja lagi, mungkin saya bisa dapat. Mungkin.

Ya Allah kok kayaknya pesimis banget gini ;_; tapi ya kalau waktunya dipake buat ngeluh terus kapan buat belajarnya ya. Intinya yang emang saya perluin itu jangan ngeluh+optimis+berusaha+berdoa. Berdoa minta diberikan yang terbaik aja deh pokoknya. Aamiin.

26.4.16

no need to read

Despite the fact that I love meeting new people and make new friends, I’m still the old ‘Gina’. The awkward, shy, and the one never be able to make the first move. Doesn’t it confuse you?

Yes. It takes a really long time for me to get new friends and not being awkward around new neighbothood. Eventho  most people said to my first impression, I’m the friendly one (friendly here means I don’t show them i-hate-meet-new-people look because I always try to show my hey-it’s-really-nice-to-meet-you-guys look) and that’s true guys, it’s kind of rare to hear the one who titled me as an arrogant or rude or other kinds of bad impression when they meet me for the first time *proud* *now I’m being arrogant*

So, I have been trying so hard to enjoy whenever I get into new neighborhood and make new friends. Why is it so hard? Smile might work to get a good impression but it won’t work or help me to get new friends. I just want to be the first one who will bring up some good topics to talk but it never works L

But anyway, when I got one(s) whom I feel comfortable with, I will stick on them hehe :p 

And still, I need the ability of making new friends without feeling awkward.


Oh one more, I also need a good public speaking skill. Can anyone help me?

15.4.16

10:30

Ini yang aku tidak suka dari sebuah perjalanan
semuaya mendadak sendu
semua tentang meninggalkan dan ditinggalkan
waktu terburu-buru memulai cerita baru sedang aku di sini masih ingin menetap
'bodoh' Begitu kata waktu
mungkin cerita sudah usai mungkin juga ada cerita yang belum usai namun terpaksa harus menutup buku demi menulis yang baru 
sudah harus kusimpan cerita lama 
mungkin esok nanti tidak ada lagi yang seperti ini
tapi aku harap kita sudah tidak 'begini' 

2.4.16

Kita Kembali

Kita kembali lagi
Bukan seperti yang orang bayangkan; 
kembali bersama seperti sebelumnya
pernah ada sesuatu di antara kita
seperti kita pernah mengisi satu lama lain
seperti aku pernah menjadi alasanmu tertawa
seperti aku pernah menetap di hatimu.
Bukan seperti itu, walau aku inginnya begitu
Tapi kita kembali 
kepada kita yang sama sekali bukan apa-apa
setidaknya, kita kembali lagi

26.3.16

(jangan) berhenti

Menyala nyala terbakar api kehidupan
terus berjalan karena tak satu pun dapat menghentikan
tapi kamu lupa kalau jalannya tak serata itu
kemudian kamu tersandung dan tidak tau caranya bangkit karena terlalu sakit
hingga akhirnya terus menekuk lutut
dan sampai lupa kalau jalan di depan sudah dekat
tapi api terlanjur padam.

13.3.16

Nightmare

I greedily gulped a glass of water that I put it on the table next to my bed. The nightmare that had just happened was really draining my energy and making me run out of oxygen.
I never had a nightmare in the daylight like this before. I left the room and I saw my mom was groping for her veil. And on the doorstep, I saw a friend of my brother slumped helplessly. His body was full of sand.

Once she found her veil, she immediately went out and my brother’s friend followed her.

“Where are you going?” I asked her.

“Your brother,” she replied. And I didn’t get it.

“What?”

“Just wait at home and let’s talk later.”

God. Don’t let it happen.

I waited at home anxiously. I kept praying and hoping that bad thing would not happen. It was almost one hour until I heard my phone rang,. An incoming from my mom and I immediately pressed the answer button.

“He’s gone.”

God. That nightmare just happened.

12.3.16

Obsession

It has been a year since I knew him.

Today is exactly a year since I wrote a date  where the first time he called my name, in my notebook. Yeah, I did write that stupid thing. People might think I’m such a wacky but I can’t deny that fact.
He’s my obsession. And that statement sounds so creepy.

That straight-haired boy never fails to lift my mood up.

No. We never  get involved into something significant or even make an eye contact. We do not talk. We’re actually just like strangers. I can count how many times he called my name.

It has been my biggest question why I’m still  stuck like a fool here to watch him from afar. I know I should stop being his admirer because I literally know that I will never can reach him. But I just can’t do that.

Because of him, I always curse myself for being like a coward whenever I see him around. Even I feel ashamed to a Mimosa pudica that only closes its leaves when something touches itself.

Today, that flawless human being, did something that I wasn’t able to imagine before. And  for the second time I write the same date but with different year in my notebook.

A trivial thing yet so special

For God’s sake,

He smiled.

11.3.16

Mate

I had posted it on my instagram but I've deleted it just because I dont feel comfortable posting it on instagram. So here it is my so-called flash fiction!

*

10 minutes have passed.

Neither of us starts the conversation, we’re just looking each other. But it looks very clear on his face that he’s very happy and I can guess why.

“I’m accepted.” That’s the first sentence.

“I know. Congratulation.” I smile awkwardly

I don’t know how I feel now. But guess what? Instead of feeling hurt, I feel empty. Now I even doubt my feeling, whether I love him or not.
Or is this a feeling what people said that you will be happy for the one you love no matter what happens. I know it sounds very cheesy.

Then he takes my hands which I put them on the table that separates us.

“It’s also because of you. Thanks, mate!”

Mate, he said.

5.3.16

Mimpi

Aku ingin berada dan tersesat di belantara mimpi
dan memohon padaMu agar Engkau turunkan malaikat-malaikat,
kemudian membantuku jika aku sudah meringkuk terbuai dalam pelukan akar mimpi-mimpi,
lupa jalan kembali
akankah Kau turunkan?
agar menuntunku ke arah yang kulihat adanya seberkas cahaya di ujung sana
Keluar dengan tangan menggenggam angan-angan
atau terbang ke atas tanpa merangkul kesia-siaan


16.2.16

                Kata Ibu aku cantik. Kemudian seiringnya bertambah umurku, aku tahu bahwa pernyataan tersebut memang diucapkan seorang Ibu untuk anaknya. Aku sadar, kenyataannya aku tidak cantik, kata yang lebih halus dan agaknya lebih pantas kugunakan daripada kata ‘jelek’. Bukan maksud merendah agar mencari perhatian orang-orang untuk memujiku, tapi memang itulah kenyataannya.

Kulitku lebih gelap dan lebih kurus dari Kakak yang hanya berbeda dua tahun dariku. Bukan kurus idaman sebagian orang, tapi lebih terlihat seperti anak penyakitan. Tolong jangan dibayangkan, karena aku tahu bayangan kalian terhadap deskripsi hitam dan kurus.  Sering aku mendengar pujian-pujian yang diberikan untuk kakakku dan bisa dihitung berapa kali orang-orang memujiku yang aku yakin sekali mereka memuji hanya karena tidak enak, juga tidak jarang aku mendengar perbandingan terhadap aku dan kakakku. Sudah seperti makanan sehari-hari. Kalian akan tahu bagaimana rasanya kalau kalian memiliki kakak atau adik perempuan yang di mata orang lebih baik dari kalian. Tapi aku terima saja, karena memang itulah kenyataannya.

Kata Ibu aku cantik karena aku memiliki bulu mata yang lentik—kakakku tidak punya. Memang benar. Tapi tidak menutup yang kuanggap semua kekuranganku itu. Mempunyai bulu mata lentik tidak ada artinya, tidak ada nilai lebih bagiku.

Kata Ibu aku kurang bersyukur dan tidak percaya diri. Karena itu, aku kurang menghargai diri sendiri. Ya memang benar. Aku terlalu sibuk mengutuk diri.

Kata Ibu aku kurang mendekatkan diri pada Tuhan. Ya mungkin Ibu benar. Gelisah selalu membuntuti. Aku tidak pernah tenang dengan hidup.

Kata Ibu aku cantik.

Ah, Ibu memang paling bisa membesarkan hati putrinya.